Program Kerja Konservasi
Taman Nasional Rinjani

Upaya Pelestarian Ekosistem Lombok yang Berkelanjutan
Program Kerja Konservasi Taman Nasional Rinjani memainkan peran krusial dalam menjaga keanekaragaman hayati Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat. Sebagai salah satu kawasan konservasi terbesar di Indonesia, taman nasional seluas 41.330 hektar ini melindungi ekosistem gunung berapi aktif, hutan hujan tropis, dan danau Segara Anak yang ikonik. Selain itu, program ini tidak hanya fokus pada perlindungan alam, tetapi juga membangun kemitraan dengan masyarakat lokal untuk memastikan keberlanjutan jangka panjang. Karena itu, Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (BTNGR) secara aktif melibatkan komunitas dalam berbagai inisiatif, sehingga menciptakan dampak positif bagi lingkungan dan ekonomi setempat.
Elemen yang Harus Dilindungi
Flora Endemik
Flora endemik Taman Nasional Gunung Rinjani, seperti edelweiss Rinjani (Anaphalis javanic var. Rinjaniensis) dan berbagai jenis anggrek liar, menjadi simbol keanekaragaman hayati kawasan ini yang mencapai lebih dari 55 jenis anggrek saja. Elemen ini harus dilindungi karena perannya sebagai indikator kesehatan ekosistem gunung berapi, di mana perubahan iklim dan pendakian masif mengancam kelangsungan hidupnya. Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (BTNGR) secara aktif menanam ribuan bibit flora asli di zona rehabilitasi, sambil melatih kader lokal untuk memantau ancaman seperti penjarahan. Dengan demikian, upaya ini tidak hanya menyelamatkan spesies langka, tapi juga mendukung pariwisata berkelanjutan yang menghargai warisan alam Lombok.
Fauna Langka
Fauna langka seperti kuskus Rinjani (Phalanger rinjanensis), seekor possum pohon endemik, dan burung jalak bercorak hitam-putih, memerlukan perlindungan ketat di Taman Nasional Gunung Rinjani karena habitatnya yang rentan terhadap perburuan dan konflik dengan manusia. Kawasan seluas 41.330 hektar ini menjadi rumah bagi puluhan spesies terancam punah, yang berkontribusi pada keseimbangan ekosistem sebagai predator dan penyerbuk alami. BTNGR menerapkan patroli rutin dan pemasangan kamera jebakan untuk memantau populasi, sementara program relokasi satwa transit membantu mengurangi insiden di desa sekitar. Akibatnya, populasi kuskus meningkat 15% sejak 2023, membuktikan bahwa konservasi berbasis data efektif menjaga kehidupan liar ini untuk generasi mendatang.
Sumber Air dan Danau Segara Anak
Danau Segara Anak, dengan air biru jernihnya yang dikelilingi hutan tropis, serta sungai-sungai yang mengalir dari puncak Rinjani, merupakan elemen vital yang harus dilindungi karena berfungsi sebagai penyangga air utama bagi ribuan warga Lombok. Ancaman erosi dan polusi dari sampah pendaki dapat merusak kualitas air ini, yang mendukung irigasi pertanian dan kehidupan akuatik. Oleh karena itu, BTNGR meluncurkan inisiatif pemantauan kualitas air bulanan menggunakan sensor modern, dikombinasikan dengan penanaman vegetasi riparian untuk mencegah sedimentasi.
Ekosistem Hutan dan Geologi Berapi
Ekosistem hutan hujan montana dan formasi geologi gunung berapi aktif di Taman Nasional Gunung Rinjani, termasuk kaldera dan savana, harus dijaga karena perannya dalam mitigasi bencana dan penelitian ilmiah. Dengan tutupan hutan mencapai 70% dari total luas, elemen ini rentan terhadap kebakaran dan deforestasi ilegal. BTNGR merespons dengan program restorasi pasca-erupsi, menanam 10.000 pohon asli per tahun dan memetakan zona rawan longsor menggunakan GIS. Selain itu, kolaborasi dengan UNESCO Geopark memperkuat statusnya sebagai situs warisan geologi global.
Program Utama Konservasi Taman Nasional Gunung Rinjani

Go Rinjani Zero Waste 2025
Program ini fokus pada pengurangan sampah plastik di jalur pendakian dengan mewajibkan pendaki membawa pulang semua limbah, didukung sistem blacklist untuk pelanggar dan kampanye “Rinjani Meriri” yang melibatkan relawan membersihkan savana. Tujuannya mencapai kawasan bebas sampah hingga April 2025, melindungi sumber air dan ekosistem hutan dari polusi.

Pembentukan Kader Konservasi
Melalui kemah konservasi rutin, program ini melatih warga lokal menjadi penjaga sukarelawan untuk memantau flora-fauna dan patroli anti-perburuan. Pada September 2025, ratusan kader baru dibentuk, meningkatkan partisipasi masyarakat hingga 80% dan mengurangi pelanggaran ilegal di zona lindung.

Penanganan Karhutla dan Restorasi Ekosistem
Program ini menangani kebakaran hutan lahan (karhutla) di savana Propok dengan pemadaman dini dan penanaman anti-erosi, sambil merehabilitasi habitat pasca-bencana. Diperkuat kolaborasi dengan KLHK, inisiatif ini telah memulihkan 500 hektar hutan pada Agustus 2025, menjaga geologi berapi dan biodiversitas secara keseluruhan.
Program Konservasi Spesies Terancam

Menyelamatkan Kuskus Rinjani: Konservasi Mamalia Endemik Lombok
Program Konservasi Kuskus Rinjani di Taman Nasional Gunung Rinjani memanfaatkan kamera jebakan dan penanaman pohon asli untuk melindungi habitat marsupial endemik ini. Keterlibatan masyarakat Sasak melalui Kader Konservasi berhasil meningkatkan populasi kuskus sebesar 20% pada 2025.

Pelestarian Rinjani Scops Owl: Burung Hantu Langka di Hutan Rinjani
Program Konservasi Rinjani Scops Owl menggunakan sensor akustik untuk memantau sarang burung hantu endemik di hutan montana Taman Nasional Gunung Rinjani. Kampanye zero waste dan edukasi lokal memperkuat upaya pelestarian, mengidentifikasi 15 sarang baru pada survei 2025.

Harmoni dengan Rusa Timor: Konservasi Satwa di Rinjani
Program Konservasi Rusa Timor di Taman Nasional Gunung Rinjani membangun koridor hijau dan menanam pakan alternatif untuk mengurangi konflik dengan petani. Patroli drone dan pelatihan masyarakat lokal menurunkan insiden konflik manusia-satwa hingga 40% pada 2025.
Program Penelitian dan Monitoring

Monitoring Biodiversitas: Sistem Camera-Trap AI di Rinjani
Program Penelitian dan Monitoring di Taman Nasional Gunung Rinjani memanfaatkan sistem camera-trap berbasis kecerdasan buatan untuk memantau satwa liar seperti monyet ekor panjang di perbatasan kawasan. Dengan menggunakan framework YOLOv4 dan OpenCV, sistem ini mencapai akurasi deteksi 92.83%, membantu mitigasi konflik manusia-satwa dan mendukung konservasi spesies terancam

Roadmap Penelitian MBKM: Kolaborasi Universitas di Rinjani
Roadmap Penelitian Berbasis MBKM di Taman Nasional Gunung Rinjani dari 2022-2031 mendorong kolaborasi antara balai taman nasional dengan universitas untuk penelitian keanekaragaman hayati dan restorasi ekosistem. Program ini mencakup magang mandiri, diseminasi hasil penelitian seperti pengembangan morel, dan masterplan pengelolaan biodiversitas, memastikan kesinambungan penelitian melalui keterlibatan mahasiswa.

Evaluasi Pengelolaan: Monitoring Efektivitas METT di Rinjani
Program Penelitian dan Monitoring di Taman Nasional Gunung Rinjani menggunakan Management Effectiveness Tracking Tool (METT) untuk mengevaluasi kinerja pengelolaan, dengan skor meningkat dari 71% pada 2021 menjadi 79% pada 2022. Alat ini mencakup aspek input, proses, output, dan outcome, membantu identifikasi area perbaikan dalam monitoring biodiversitas dan pengelolaan kawasan secara keseluruhan.
Strategi Konservasi di Taman Nasional Gunung Rinjani
BTNGR menerapkan strategi konservasi komprehensif di kawasan seluas 41.330 hektare dengan program Go Rinjani Zero Waste yang dimulai 2025, mewajibkan pendaki membawa turun sampah sendiri untuk mencegah akumulasi limbah di jalur pendakian. Pembentukan Kader Konservasi melalui pelatihan pada Juli 2024 dan Agustus 2025 memberdayakan masyarakat lokal dari Senaru dan Sembalun untuk patroli hutan, sosialisasi, dan penanganan kebakaran lahan.
Kemitraan konservasi dengan masyarakat mencakup pemanfaatan hasil hutan bukan kayu seperti madu dan rotan, didukung bantuan Rp29 juta untuk kelompok tani guna menyeimbangkan pelestarian ekosistem dengan kesejahteraan ekonomi. Pendekatan ini mengurangi ancaman perburuan ilegal dan degradasi habitat sambil mengintegrasikan budaya Sasak melalui festival Rinjani Begawe, memastikan keberlanjutan jangka panjang sebagai Cagar Biosfer UNESCO.
Evaluasi Keberlanjutan di Taman Nasional Gunung Rinjani
Evaluasi keberlanjutan di Taman Nasional Gunung Rinjani menggunakan analisis multidimensi untuk menilai dampak konservasi terhadap ekosistem dan ekowisata. Metode MICMAC mengidentifikasi variabel kunci seperti tutupan lahan dan partisipasi masyarakat yang sensitif terhadap perubahan iklim. Studi menunjukkan indeks keberlanjutan ekowisata sedang dengan penurunan tutupan hutan sebagai isu utama yang dipantau melalui survei hayati dan GIS mobile.
Program Go Rinjani Zero Waste berhasil mengurangi sampah dan meningkatkan PNBP hingga Rp109 miliar pada 2024, didukung willingness-to-pay wisatawan untuk rehabilitasi hutan dan perlindungan spesies endemik seperti musang Rinjani. Evaluasi kinerja BTNGR menunjukkan minat kunjungan 266.648 orang (2016-2020) dan respons baik terhadap kebakaran lahan. Kolaborasi dengan UNESCO Geopark menjadikan kawasan ini model pelestarian alam yang adaptif dan inklusif.